Menelusuri Serangan Digital Saat Ini
Serangan siber terus berevolusi. Tidak lagi berbentuk virus sederhana atau spam email yang mudah dikenali, tapi menjadi lebih halus, terarah, dan seringkali tak terdeteksi. Credential stuffing termasuk teknik yang kerap digunakan. Pelaku memanfaatkan data login yang bocor dari platform lain, lalu mencoba kombinasi yang sama di berbagai akun, berharap korban menggunakan kata sandi yang serupa.
Business Email Compromise (BEC) masih menjadi ancaman utama di lingkungan korporat. Penyerang menyamar sebagai atasan atau rekan bisnis, lalu mengirim instruksi palsu untuk memproses pembayaran atau mengakses data penting. Kesalahan konfigurasi cloud juga sering terjadi, terutama di perusahaan yang baru beralih ke layanan digital. Pengaturan akses yang keliru dapat membuka seluruh data perusahaan ke publik tanpa disadari.
"Keamanan bukan hanya soal teknologi. Ini soal memahami bagaimana orang bekerja, dan bagaimana serangan bisa masuk lewat kebiasaan sederhana."
Bruce Schneier Pakar Keamanan Siber
Serangan rantai pasok (supply chain attacks) makin sering dimanfaatkan. Penyerang tidak langsung menargetkan perusahaan, melainkan menyusup lewat celah keamanan vendor atau mitra digital yang lebih lemah.
Phishing berbasis AI kini digunakan untuk meniru gaya komunikasi internal dengan sangat meyakinkan. Bahkan nada bicara atasan bisa disalin secara digital agar tampak asli.
Ancaman dari dalam (insider threats) juga meningkat, terutama di lingkungan kerja hybrid. Kelalaian kecil seperti menyimpan kata sandi di tempat terbuka bisa membuka jalan bagi pelanggaran yang lebih besar. Meningkatnya keragaman dan kecanggihan serangan digital menuntut perusahaan untuk tidak hanya mengandalkan alat keamanan, tetapi juga membangun budaya waspada di seluruh lini kerja.